MY FAMILY

Selasa, 21 Juni 2011

Membuat Video Pembelajaran

Dalam dunia pendididkan khususnya pendidikan pada tingkat Sekolha Menengah Atas, telah banyak digunakan basis pembelajaran yang menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi. Mulai dari pembuatan Bahan Ajar (BA) sampai dengan pembuatan Bahan UJI (BU) hampir semuanya menggunakan media komputer. Untuk pembelajaran dikelas seorang guru dapat menggunakan komputer dan projector dalam menjelaskan materi pembelajaran dengan lebih interaktif dengan sebuah presentasi power point atau flash yang menarik. Untuk bahan uji dapat digunakan perangkat lunak pembuatan bahan uji seperti Quiz Creator yang memungkinkan melakukan ujian atau test kepada siswa secara online maupun dengan menggunakan perangkat jaringan komputer.

Untuk media pembelajaran selainkan menggunakan sebuah presentasi yang biasanya dibuat dalam bentuk slide-slide dapat juga digunakan video tutorial yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran maupun edukasi. Hal ini dapat kita lihat dengan dikembangkannya sebuah website yang menyedia berbagai jenis video tutorila seperti youtube, dimana jika terdapat ketidak jelasan pada sebuah e-book dapat dilengkapi dengan sebuah video tutorial. Video tutorail ini sangat cocok digunakan untuk media pembelajaran pada mata pelajaran TIK tetapi tidak ditutup kemungkinan untuk mata pelajaran yang lain.

Salah satu perangkat lunak atau software yang dapat digunakan untuk membuat video tutorial adalah CamStudio, perangkat lunak ini merupakan perangkat lunak free atau gratis yang dapat kita cari dan download melalui jaringan internet http://camstudio.org. Perangkat lunak ini termasuk perangkat lunak yang terbaik di kelasnya,  dimana kita dapat merekam semua aktifitas dilayar monitor dan dapat juga merakam audionya.
Fasiltas atau fitur dalam software Camstudio :
  • Merakan seluruh tampilan layar, area tertentu
  • Mempu menampilkan kursor dengan memberikan warna/ tanda yang berbeda
  • Merakam audio dari speaker atau microfone, dengan format/ kualitas yang bisa diatur
  • Hasilnya dapat dikonversi ke swf
  • Resource komputer yang dibutuhkan rendah
  • Fasilitas AutoPan untuk otomatis merekam area tertentu sesuai kursor yang bisa diatur kecepatannya
  • Screen Anntotation, untuk memberi keterangan teks di video yang dihasilkan
  • Shortcut terdapat pada keyboard
  • Cam Studio Player

Selasa, 14 Juni 2011

Sedih Menghujam

Sedih Menghujam
Handphoneku bergetar malam kemarin
Seperti biasa kuangkat dan kutekan tanda ok
Setelah terlihat siapa yang menelpon
Hatiku bergetar juga
Kau pergi tinggalkan kenangan di ketinggian
Coba larutkan dan kau bekukan
Dengan sedikit suara lucumu
Niat sekali rayu aku
Mengapa kau hadir
Sedangkan indramu bukan hakku
Mengertilah keadaanmu
Kau sudah guncang diri ini
Pernahkah kau merasakan sebingkai kunci
Yang pernah berputar sendiri
Diatas telapak manismu
Kau sempurnakan lukaku menjadi bengkak
Andai kutahu di jari manismu ada logam indah disana
Sifat sayangku tak akan mendekat
Satu rahasia…aku tau itu dan tapi kau pergi tinggalkanku

Jumat, 10 Juni 2011

MUSIKALISASI PUISI

TINJAUAN TERHADAP RUANG - RUANG DALAM PAROLE MUSIKALISASI PUISI! (SEBUAH PEMIKIRAN)
EKA P KUSUMAH.


                ’Seni dapat mengungkapkan hal-hal yang tidak dapat diungkapkan secara lain, seni memberikan penglihatan kepada pemikiran spekulatif, sehingga yang ”buta” dapat ”melihat” transedensi, antara keabadian dan waktu. Seni merupakan suatu dunia antara mistik dan eksistensi,.......................... seni merupakan puncak kesadaran. Dalam seni kesadaran membebaskan diri dari kemelaratan hidup. Tetapi karena seni tidak mengenal keterlibatan dan tidak menerima ikatan, maka dalam seni hanya diciptakan ruang, dan hanya diberikan mekungkinan-kemungkinan. (Karl Jaspers).

Berbicara mengenai musikalisasi puisi sebagai medium seni, lantas menyadarkan kita tentang pemahaman kesadaran akan ”ruang-ruang seni yang otonom”, yang terkandung didalamnya yaitu ruang ’musik’ dan ruang ’puisi’ yang bersatu didalam interaksi ”kerangka situasi” sebuah pementasan (pertunjukan).
Dua entitas seni tersebut menjadi medium pokok interpretasi didalam penggarapan karya musikalisasi puisi, tentu didalam proses kreatifnya akan memiliki perbedaan-perbedaan karakteristik yang berorientasi kedalam konsep pementasan. Perbedaan tafsiran (multi tafsir) sangat umum didalam penggarapan sebuah konsep pementasan dan bukanlah hal yang tabu.
Sebagai contoh, jika seniman musik yang menafsirkan sebuah karya sastra dalam hal ini teks puisi tentu akan mengadirkan interpretasi yang berbeda didalam konsep pementasannya secara menyeluruh, bisa saja musik menjadi ruang yang ”kuat” didalam garapannya bahkan mungkin hanya sedikit bahasa puisi yang terungkap secara lisan yang karena kesemuanya hampir ’terwakilkan’ oleh bahasa musik yang memainkan simbol-simbol didalam komponen musik (warna bunyi, intensitas bunyi, aksentuasi, harmoni, contrapung, lick, dll) sebagai penafsiran atas teks puisi, tentunya ini sah-sah saja.
Juga jika orientasi dilakukan oleh seniman puisi, tentu ’form’ dasar didalam penggarapan MP menjadi lain pula dalam hasil akhirnya. Puisi secara tekstual (main idea) yang di ’gabungkan’ dengan elemen musik dalam konteks MP tentu akan menghasilkan sebuah konsep pertunjukan yang ’berbeda’ pula, elemen musik sebagai ’ruang’ tentu akan lebih difungsikan hanya sebagai medium ’pelengkap’ saja didalam penggarapannya, mungkin hanya dijadikan backsound untuk lebih menghidupkan/ membangun atmosfir sesuai dengan interpretasi dari seniman puisi yang bersangkutan, atau mungkin pula akan menghasilkan bentuk-bentuk pementasan yang lain (tidak baku) bukan hanya sekedar pembacaan puisi yang diiringi musik an sich.
Komposisi musik vokal yang juga sering dijadikan ”altar” penguat atas interptretasi sebuah teks puisi (yang sering bernuansa kelam, biru dan romantis) dalam bentuk koor, gospel dan canon yang dijadikan bahan untuk membangun interpretasi (pemaknaan secara musikal).
Bahkan sering pula teks puisi di ”insert” kedalam sebuah komposisi musik berbentuk lagu dengan penyesuaian-penyesuaian teks atas nada atau sebaliknya untuk mendapatkan atmosphir yang dikehendaki secara subjektif. Dan tentunya ini sah juga, tidak ada yang salah!.

REKONSTRUKSI TERHADAP RUANG ”PUISI”

Puisi sebagai medium seni sastra memiliki kompleksitas tersendiri didalam sosoknya yang intristik, pemahaman mendalam mengenai struktur bangunan tekstual puisi berdasarkan kepada kode-kode yang membangun dasar makna atas teks yaitu ; kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. Ketiga kode ini secara krusial menjadi komponen penting didalam menggali pemaknaan atas puisi.
Dalam wujudnya yang kompleks tersebut, puisi memiliki elemen-elemen penting yang menjadi jalinan utama (main frame) didalam keutuhan  menyeluruh sebagai sebuah karya sastra. Elemen-elemen tersebut diantaranya ;   rima dan ragam bunyi, komposisi kata-kata, enjambemen dan lain sebagainya. Sedangkan didalam proses pembacaan teks puisi juga dikenal dengan adanya tempo dan irama ( rima akhir, rima awal, asonansi, aliterasi, onomatopi, cachopony, euphony, negasi dll).
Dari komponen-komponen dasar yang dimiliki ruang puisi, tentunya kematangan puisi sebagai sebuah karya seni jelaslah tampak dari nilai estetikanya yang holistik membangun ruang ekspresi dan pemaknaan atas kata dan intensitas bunyi dari kata yang dirangkai sehingga menghasilkan struktur bunyi musikal yang identik dengan pencapaian atmosphir yang di bangun oleh komposisi kata, tempo dan gaya pembacaan dari penyairnya!.  Apabila kita menganggap bahwa puisi butuh media musikal dari luar dirinya, maka pada dasarnya puisipun memiliki makna ’musikal’ internalnya sendiri. Bahkan ada pernyataan ekstrim ”kenikmatan membaca puisi, yaitu ketika membacanya tanpa musik, karena sejatinya alam disekitarnya adalah irama musik bagi puisinya”.


REKONSTRUKSI TERHADAP RUANG ”MUSIK-ALISASI”

Definisi dari musik adalah ” ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik dari nada-nada, baik vokal maupun instrumental, yang meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang ingin diungkapkan terutama aspek emosional” (david Ewen, the home of musical knowledge, 1965.)
Sama seperti puisi yang juga memiliki konsep membangun pemaknaan emosional dalam karyanya, maka puisi dan musik memiliki prinsip dasar yang identik diantara keduanya. Bentuk musik terbentang dalam ruang yang sifatnya spesial, maka musik dapat disejajarkan dengan bentuk-bentuk dalam karya seni sastra. Jika bentuk-bentuk sastra ditulis dari kiri ke kanan (kecuali dalam bahasa tertentu misalnya; bahasa Simetik dan bahasa-bahsa oriental), bentuk-bentuk musik juga ditulis dari kiri ke kanan dan dari bawah ke atas, sehingga arah dari kiri ke kanan menunjukan ruang dimensi waktu, sedangkan dari bawah ke atas menunjukan ruang dimensi yang sifatnya akustik musikal. Kesejajaran dalam kalimat musik, seperti halnya dalam kalimat bahasa, terjadi antara frase anteseden dan frase konsekuen. Ini dapat dilihat dari tulisan musik secara horisontal dari kiri ke kanan. Sedangkan kesejajaran vertikal diantara dua garis melodi atau lebih yang berbunyi bersamaan, dapat dilihat dari tulisan musik secara horisontal sekaligus vertikal, dan pengamatan secara vertikal khusus bagi keselarasan bunyi (harmoni).Suhatjarja.

DEFINISI YANG TAK TERDEFINISIKAN!

Dalam perkembangannya, musikalisasi puisi (MP) banyak mendapat respon dari medium-medium seni yang lain seperti teater dan tari yang juga mulai banyak mengadaptasi puisi sebagai konsep dasar dalam karya pementasannya. Dan ini tentu akan memberikan khasanah baru yang akan memperkaya bentuk-bentuk pertunjukan MP.
Musikalisasi Puisi (MP) sebagai media ekspresi tentu memiliki nilai-nilai estetis yang tidak terbatas (terbuka) terhadap pengembangan didalam pencarian ”bentuk” nya yang kaya akan keberagaman tafsir dan akan menghadirkan sebuah bentuk pertunjukan seni yang mampu mengakomodir berbagai entitas seni (bersinergi), aspiratif dan nilai makna dalam entitas puisi dapat ’tertangkap’ oleh apresiasi penonton (pendukungnya).
Banyak ulasan-ulasan tentang pemaknaan kata dari bentuk musikalisasi puisi, mulai dari penafsiran musik yang mengiringi puisi, puisi yang di musikalisasi, musik berpuisi, gerak teatetrikal puisi (puisi teatrikal), dramatisasi puisi dan lain sebagainya, tentu ini akan memperkaya MP sebagai entitas karya seni yang mendapat tempat dan respon positif dari medium seni lainnya. Tapi ada juga yang masih terjebak didalam ’kedangkalan’ tafsir terhadap MP, seolah-olah MP adalah sebuah karya yang ”mutlak” dengan bentuknya yang ada, seolah-olah dibuat baku sehingga tidak boleh di rubah-rubah (tanpa aturan yang jelas dan mendasar), sehingga MP menjadi kaku dan miskin akan eksplorasi, aspirasi, interpretasi dan pemaknaan ekspresi. Ini tidak sejalan dengan wujud dari sebuah bentuk kesenian yang membutuhkan proses kreatif dan penggalian ide-ide original (avant garde) yang terus ber-evolusi bahkan berevolusi seiring dengan perkembangan diskursus seni yang kontemporer!.
’dengan menggambarkan tiga contoh, masing-masing dari gaya pribadi,gaya nasional dan gaya periode, telah dijelaskan mengenai tujuan sejarah kesenian yang menganggap gaya terutama sebagai ekspresi, yaitu ekspresi dari jiwa suatu bangsa sebagai ekspresi dari tempramen pribadi.
...deskripsi mengenai perbedaan antara raphael dan rembrandt adalah semata-mata penghindaran dari masalah utama sebab yang penting bukanlah untuk menunjukan perbedaan keduanya, melainkan bagaimana keduanya dengan cara yang berbeda telah mengasilkan yang sama, yaitu seni yang agung’.Heinrich Wolfflin, 1929, h 10.

MUSIKALISASI PUISI KARYA SENI MUTLAK, ATAU MEDIUM KREATIVITAS?

Ada beberapa pertanyaan mendasar ketika medium puisi yang terus berkembang seiring semangat kemajuan dunia seni kontemporer (post modernisme), pertanyaannya adalah :  Apakah Musikalisasi Puisi merupakan langkah etis dalam estetika puisi ?, Apakah hanya entitas musik saja yang ’mampu’ menghidupkan realitas pementasan sebuah karya puisi?, Apakah hanya musik dan puisi dua entitas yang koheren sebagai komponen dasar dalam MP?, Lalu bagaimana dengan teks puisi yang digubah kedalam ”lagu” dengan gaya tertentu juga tidak akan merubah makna intristik dari puisi tersebut? Bagaimana pemaknaan ekspresi antara puisi yang dibacakan tanpa musik dengan puisi yang dimusikalisasi? Bentuk musikalisasi seperti apa yang menjadi idiom baku dalam MP?, Apa batasan-batasan konkret untuk sebuah wujud real dari karya Musikalisasi Puisi? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin akan mendapat jawaban yang beragam dan kompleks, bahkan akan terbuka peluang lahirnya interpretasi baru terhadap wacana musikalisasi puisi!.
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas menjadi narasi besar didalam proses pencarian bentuk dan penafsiran atas pemaknaan tekstual dalam konteks ruang-ruang otonom Musikalisasi Puisi. Entah mau di bentuk seperti apa musikalisasi puisi oleh setiap seniman yang menggarapnya, kebebasan ada ditangan kreatornya, tanpa batasan nilai baku yang dikodifikasi dan tentunya output yang dihasilkan akan memberikan gaung segar atas originalitas karya dan etetika yang tidak dipaksakan.Toh didalam kenyataan bahwa sebuah karya seni yang otonom akan menjadi karya yang apresiatif ketika mendapat respon dari penonton (pendukungnya) sehingga komunikasi yang kondusif sejatinya terjadi diatas pentas.
Kita tak berharap terus berenang dalam samudera abstraksi yang tanpa batas dan akhir, setidaknya kita coba menggapai tepian pemikiran yang konkret dan membumi atas dasar fitrahnya sebuah karya seni yang menjadi milik bersama!.


Kamis, 09 Juni 2011

PUISI UNTUK IBU


Puisi Untuk Ibu
Pernah aku ditegur

Katanya untuk kebaikan

Pernah aku dimarah

Katanya membaiki kelemahan

Pernah aku diminta membantu

Katanya supaya aku pandai

Ibu…..

Pernah aku merajuk

Katanya aku manja

Pernah aku melawan

Katanya aku degil

Pernah aku menangis

Katanya aku lemah

Ibu…..

Setiap kali aku tersilap

Dia hukum aku dengan nasihat

Setiap kali aku kecewa

Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat

Setiap kali aku dalam kesakitan

Dia ubati dengan penawar dan semangat

Dan

Bila aku mencapai kejayaan

Dia kata bersyukurlah pada Tuhan



Namun…..

Tidak pernah aku lihat air mata dukamu

Mengalir di pipimu

Begitu kuatnya dirimu….

Ibu….

Aku sayang padamu…..

Tuhanku….

Aku bermohon padaMu

Sejahterakanlah dia

Selamanya…..

Itulah puisi untuk ibu.

puisi persahabatan


Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.
Dan dia menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian.

Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”.
Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..
Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan.

NAH ITULAH PUISI PERSAHABATAN KAHLIL GIBRAN.